DINGZHOU, Radio Bharata Online - Di pusat kota kuno Dingzhou, Provinsi Hebei, berdiri sebuah pagoda bata setinggi 84 meter dari Dinasti Song Utara – Pagoda Kuil Kaiyuan. Dikenal sebagai "Pagoda No. 1 Tiongkok", bangunan dengan sejarah lebih dari 1.000 tahun ini bukan hanya pagoda bata kuno tertinggi yang masih ada di Tiongkok, tetapi juga merupakan saksi nyata integrasi peradaban Tiongkok kuno dan asing, serta budaya etnis.

Pagoda Kuil Kaiyuan di Dingzhou, Provinsi Hebei, Tiongkok utara/ foto : CGTN
Pada tahun 1001, pada masa Dinasti Song Utara, Kaisar Zhenzong dari Song mengeluarkan dekrit untuk membangun Pagoda Kuil Kaiyuan. Dekrit ini merupakan tanggapan atas kunjungan Huineng, seorang biksu dari Kuil Kaiyua, ke Tianzhu (India kuno) untuk mendapatkan kitab suci Buddha dan membawa sarira, atau relik, ke Tiongkok. Proyek besar ini memakan waktu lebih dari 50 tahun untuk diselesaikan, dan akhirnya rampung pada tahun 1055. Pada saat itu, Dingzhou terletak di perbatasan dan memiliki kepentingan militer yang besar. Untuk mempertahankan diri dari Dinasti Liao, Dinasti Song menggunakan pagoda ini untuk mengawasi pergerakan musuh. Karena alasan ini, pagoda ini juga dikenal sebagai "Pagoda Liaodi", yang berarti "Pagoda untuk Mengamati Musuh".

Pintu masuk Pagoda Kuil Kaiyuan di Dingzhou, Provinsi Hebei, Tiongkok utara, / foto: CGTN

Pagoda Kuil Kaiyuan di Dingzhou, Provinsi Hebei, Tiongkok utara, terlihat dalam foto yang diambil pada tanggal 15 Juni 2025. /CGTN

Patung-patung terlihat di depan Pagoda Kuil Kaiyuan di Dingzhou, Provinsi Hebei, Tiongkok utara pada 15 Juni 2025. /CGTN
Struktur pagoda 11 lantai yang indah bergaya paviliun ini tidak hanya mewarisi keahlian pembuatan braket dan atap yang menjorok dari arsitektur tradisional Dataran Tengah, tetapi juga menggabungkan simbolisme religius pagoda stupa India. Ukiran batanya mencakup penggambaran realistis patung-patung Buddha bergaya Dataran Tengah, serta jejak kostum dan pola dari budaya Wilayah Barat dari Tiongkok kuno, menjadikannya model integrasi artistik selama penyebaran agama Buddha ke arah timur. Sebagai menara pengawas militer di perbatasan antara Dinasti Song Utara dan Liao, pagoda ini melampaui perbedaan antara bangunan keagamaan dan fasilitas militer. Di tengah konfrontasi militer antara Dinasti Song dan Liao, pagoda ini diam-diam menjadi saksi pertukaran teknik arsitektur dan keyakinan agama antara peradaban agraris dan nomaden. [CGTN]