Radio Bharata Online - Pernahkah Anda membayangkan menemukan sepotong Bali yang otentik, ribuan kilometer jauhnya dari pulau dewata itu sendiri? Di Wanning, Pulau Hainan, Tiongkok, ada sebuah desa yang menyimpan kisah unik. Inilah Desa Bali, atau yang sering disebut Kampung Bali.

Begitu melangkah ke destinasi ini, kita langsung merasakan atmosfer yang tidak asing.  Iklim tropis yang lembap dan hangat mengingatkan kita pada cuaca di Bali. Hijaunya tanaman seperti kelapa, pisang, dan bunga kamboja yang tumbuh subur seolah menyambut kita pulang.

Sambutan hangat dari penduduk setempat membuat hati terasa damai. Mereka menyuguhkan air kelapa muda langsung dari batoknya. Sensasi segar ini tak hanya menghilangkan dahaga, tapi juga menjadi simbol persahabatan yang tulus.

Di majalah dinding, terpampang cerita yang menyentuh hati. Kisah tentang para leluhur mereka, keturunan Tionghoa yang lahir di Indonesia, lalu kembali ke Hainan pada tahun 1960-an. Mereka membawa serta identitas, tradisi, dan budaya yang telah mendarah daging, termasuk budaya Bali.

Budaya Bali begitu hidup di sini. Patung-patung dewa, lukisan, dan penari yang penuh makna menghiasi setiap sudut desa, seakan menjaga spiritualitas mereka. Ada pura kecil yang menjadi tempat mereka beribadah dan melakukan ritual keagamaan, menjaga api spiritual tetap menyala di tanah rantau.

Tak hanya patung dan pura, salah satu warisan kuliner yang mereka jaga adalah kue semprong. Di sini, ada pabrik kecil yang masih memproduksi kue ini dengan cara tradisional. Aroma manisnya menguar, membawa kenangan akan jajanan khas Indonesia.

Desa Bali di Hainan bukan sekadar nama, ini adalah bukti nyata bahwa identitas dan budaya bisa bertahan melintasi batas geografis. Sebuah kisah tentang ketahanan, cinta tanah air leluhur, dan persahabatan yang melampaui perbedaan. Desa ini mengajarkan kita tentang bagaimana merayakan warisan dan menjaganya agar tetap hidup.