Qufu, Radio Bharata Online - Forum Nishan ke-11 tentang Peradaban Dunia sedang berlangsung di Qufu, tempat kelahiran Konfusius di Provinsi Shandong, Tiongkok timur. Para cendekiawan mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai Konfusianisme dapat membantu mengatasi tantangan dunia saat ini.

Forum dua hari itu resmi dibuka pada hari Rabu (9/7) dengan tema "Keindahan dalam Keberagaman: Memupuk Pemahaman Antar Peradaban untuk Modernisasi Global".

Acara ini menyoroti keragaman budaya dan pentingnya memahami peradaban dalam konteks modernisasi. Topik-topik utama meliputi relevansi Konfusianisme dalam masyarakat kontemporer dan tantangan etika yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan.

Para cendekiawan dan tamu yang berpartisipasi dari seluruh dunia mengkaji bagaimana berbagai peradaban dapat hidup berdampingan di tengah globalisasi, menawarkan gagasan untuk mengatasi masalah global bersama dan memajukan kemajuan manusia.

"Yang paling penting adalah penekanan Konfusius pada pemikiran pluralistik dan keberagaman yang harmonis. Secara umum, orang Barat sering menafsirkannya melalui sudut pandang nilai-nilai modern, memandang pembelajaran tradisional relatif konservatif dan kurang inklusif serta pluralisme. Namun, Konfusius sebenarnya telah mengusulkan gagasan tersebut sejak lama [lebih dari 2.000 tahun yang lalu], menawarkan ide referensi dan sumber daya intelektual yang berharga," jelas Dr. Benjamin Coles, Dosen Filsafat Tiongkok Berkebangsaan Inggris di Universitas Huaqiao yang Berbasis di Kota Xiamen, Tiongkok Timur.

"Orang yang mulia menginginkan harmoni, bukan keseragaman, jadi kita tidak perlu persis sama. Kita bisa memiliki peradaban dan budaya yang berbeda. Yang terpenting adalah kita dapat bekerja sama dan berkomunikasi secara damai," ujar Ilya Kanaev, Cendekiawan Tamu Rusia di Universitas Shandong.

Forum tahun ini telah menarik lebih dari 560 peserta dari lebih dari 70 negara dan wilayah, yang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan termasuk wawancara tingkat tinggi, pidato utama, dan dialog paralel.