Beijing, Radio Bharata Online - Industri fesyen Tiongkok sedang berada di jalur yang menanjak, kata perancang busana Jepang, Naoki Takizawa, setelah memamerkan koleksi terbarunya di runway China Fashion Week S/S 2024 pada 9 September lalu, dengan tema "Daydreams".
Naoki Takizawa memulai kariernya di Issey Miyake, sebuah grup fesyen Jepang yang pendirinya dikenal dengan desain pakaian, pameran, dan wewangian berbasis teknologi. Takizawa mendirikan studionya sendiri pada tahun 2006 dan mendesain untuk merek-merek terkenal seperti Helmut Lang dan Uniqlo.
Kini, dengan merek fesyennya sendiri yang dinamai sesuai namanya, Takizawa telah mengembangkan pemahaman yang unik dalam memadukan teknologi dan adibusana.
"Sepertinya pertunjukan ini saya sebut sebagai 'techno-couture', teknologi dan adibusana. Menurut saya, ada dua cara yang berbeda dalam proses pembuatannya. Satu sisi adalah buatan tangan oleh para pengrajin, sisi lainnya lebih seperti proses industri dengan teknologi tinggi. Saya pikir tidak boleh ada yang buta di antara keduanya. Saya mencoba memadukan kedua elemen tersebut. Terkadang orang (berpikir) ini handmade atau kerajinan tangan, dan ini teknologi tinggi, padahal seharusnya bisa disatukan," jelasnya.
Setelah bekerja di Tiongkok selama sekitar empat dekade, Takizawa percaya bahwa industri fesyen Tiongkok memiliki potensi yang sangat besar karena adanya peningkatan industri yang besar dan teknologi yang inovatif.
"Saya pikir ada banyak potensi, karena saya bekerja dengan orang-orang Tiongkok dan di Tiongkok selama 40 tahun untuk membuat sesuatu bersama-sama. Jadi saya pikir setelah 40 tahun, begitu banyak (orang) yang mengembangkan hal-hal teknis mereka. Saya selalu terkejut bahwa setiap kali saya mengunjungi Tiongkok dan berbicara dengan para pengrajin atau orang-orang di pabrik mereka, mereka selalu mengubah teknologi baru. Itu luar biasa. Saya pikir, China Fashion Week harus diperkenalkan kepada masyarakat dan menginspirasi orang-orang di luar," ujarnya.