Argentina, Radio Bharata Online - Presiden Argentina, Alberto Fernandez, memuji hubungan negaranya yang semakin erat dengan Tiongkok setelah bergabung dengan Prakarsa Sabuk dan Jalan atau Belt and Road Initiative (BRI), sembari menekankan pentingnya pendekatan multilateral untuk pembangunan global.
Pertama kali diusulkan oleh Tiongkok pada tahun 2013, BRI dipandang sebagai kebangkitan modern dari rute perdagangan Jalur Sutra kuno yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika, dan telah meletakkan dasar bagi sejumlah proyek infrastruktur utama di antara negara-negara mitra selama dekade terakhir.
Tidak lama setelah Argentina secara resmi bergabung dengan BRI tahun lalu, Argentina menandatangani sebuah rencana kerja sama dengan Tiongkok bertepatan dengan peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara kedua belah pihak. Perjanjian ini mencakup berbagai bidang termasuk infrastruktur, pendidikan, pariwisata, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pertahanan.
Fernandez, yang dijadwalkan untuk menghadiri Belt and Road Forum for International Cooperation ketiga yang akan diselenggarakan di Beijing akhir bulan ini, mengatakan bahwa ia memiliki harapan yang tinggi untuk acara tersebut.
"Ketika kami menandatangani perjanjian untuk bergabung dengan Prakarsa Sabuk dan Jalan, kami pikir ini akan memperdalam kemitraan strategis antara negara kami. Saya berharap dapat bertemu dengan semua mitra BRI selama forum mendatang dan berbagi pencapaian kami setelah bergabung dengan BRI," ujarnya dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan China Central Television (CCTV).
Fernandez menambahkan bahwa Tiongkok telah muncul sebagai pemimpin global dalam mendorong multilateralisme, sebuah konsep yang menurutnya sangat penting dalam membantu memajukan pembangunan.
"Saya rasa Tiongkok mengadopsi praktik-praktik terbaik dalam multilateralisme di antara semua negara. Sebagai hasilnya, Presiden Tiongkok Xi Jinping telah menjadi pemimpin multilateralisme di dunia, yang merupakan fakta yang tidak dapat disangkal. Kami selalu menjadi pengikut multilateralisme. Saya pikir Tiongkok telah memainkan peran utama dalam membangun kembali tatanan internasional dan memastikan perlunya multilateralisme, yang saya percaya sangat penting," katanya.