Kathmandu, Radio Bharata Online - Menurut Perdana Menteri Nepal, Pushpa Kamal Dahal Prachanda, konektivitas yang ditawarkan oleh Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) membawa peluang bagi Nepal yang terkurung daratan untuk mendapatkan akses yang lebih luas ke dunia dan menjadi "negara yang terhubung dengan daratan".

Pertama kali diusulkan oleh Tiongkok pada tahun 2013, BRI dipandang sebagai kebangkitan modern dari rute perdagangan Jalur Sutra kuno yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika, dan telah meletakkan dasar bagi sejumlah proyek infrastruktur utama di antara negara-negara mitra selama dekade terakhir.

Nepal menandatangani kerangka kerja untuk bergabung dengan BRI pada tahun 2017 dan telah menikmati manfaat dari kerja sama BRI, terutama dalam hal transportasi. Pada tahun 2019, sebuah kesepakatan dibuat untuk menyelaraskan BRI Tiongkok dengan kebijakan Nepal untuk bertransformasi dari negara yang terkurung daratan menjadi negara yang terhubung dengan daratan.

Sebuah konferensi di ibu kota Nepal, Kathmandu, pada hari Minggu (8/10), yang diselenggarakan dengan tema "Memperdalam Perdagangan, Investasi, Konektivitas, dan Hubungan Akademis", mengumpulkan para tamu untuk berbagi pendapat mereka tentang BRI dan pengaruhnya terhadap negara tersebut.

Dalam acara tersebut, Perdana Menteri Prachanda mengatakan bahwa BRI dapat membantu negara ini untuk berkembang dan mewujudkan impian konektivitasnya.

"BRI telah menyediakan sumber daya penting bagi Nepal untuk mempercepat pembangunan dan konstruksi. Karena Nepal dan Tiongkok memiliki potensi besar untuk mempromosikan keuntungan bersama dan hasil yang saling menguntungkan, kita harus menciptakan peluang untuk mewujudkan potensi tersebut. Nepal harus mengimplementasikan BRI untuk mempercepat pembangunan dan meningkatkan kemakmuran, serta mengubah dirinya 'dari negara yang terkurung daratan menjadi negara yang terhubung dengan daratan'. Saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping," katanya.