JAKARTA, Radio Bharata Online - Israel, yang belum pulih dari serangan paling mematikan yang pernah terjadi di wilayahnya, menyatakan perang melawan Hamas pada Minggu (8/10/2023). Jumlah korban tewas dalam konflik tersebut melonjak di atas 1.100 orang, setelah kelompok militan Palestina melancarkan serangan kejutan besar-besaran dari Gaza.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menguatkan bangsa yang terkejut dan berduka atas perang yang panjang dan sulit, sehari setelah Hamas menembakkan ribuan roket ke Israel, dan mengirimkan gelombang milisi yang menembak mati warga sipil dan menyandera sedikitnya 100 orang.
Eskalasi pertumpahan darah tersebut secara tajam meningkatkan ketegangan di Timur Tengah, dan menewaskan lebih dari 700 orang di pihak Israel, kerugian terburuk negara tersebut sejak perang Arab-Israel tahun 1973.
Pejabat Gaza melaporkan sedikitnya 413 kematian di daerah kantong miskin dan terblokade, yang berpenduduk 2,3 juta orang.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden memerintahkan dukungan tambahan untuk Israel dalam menghadapi serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan, Washington akan segera menyediakan peralatan dan sumber daya tambahan kepada Pasukan Pertahanan Israel. AS juga telah mengarahkan kapal induk USS Gerald R. Ford dan kelompok kapal perangnya ke Mediterania timur, dan menambah skuadron pesawat tempur di wilayah tersebut.
Hamas menuduh bantuan AS itu merupakan "agresi" terhadap warga Palestina.
Beberapa negara asing di antaranya Brazil, Inggris, Perancis, Jerman, Irlandia, Meksiko, Nepal, Thailand, Ukraina, dan Amerika Serikat, telah melaporkan warga negaranya tewas, diculik atau hilang dalam pertempuran tersebut.
Di sisi lain, musuh-musuh Israel memuji serangan Hamas tersebut, termasuk Presiden Iran Ebrahim Raisi, yang menyuarakan dukungannya ketika ia berbicara dengan para pemimpin Hamas.
Protes anti-Israel telah berkobar di Irak, Pakistan, dan beberapa negara mayoritas Muslim lainnya, sementara Jerman dan Perancis termasuk di antara negara-negara yang meningkatkan keamanan di sekitar kuil dan sekolah Yahudi. (Al Jazeera)