JAKARTA, Radio Bharata Online - Ribuan orang telah tewas di Israel dan Gaza dan jumlah korban terus meningkat secara dramatis lima hari setelah pejuang Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel, yang telah menanggapi dengan pemboman besar-besaran di Gaza.
Israel mengatakan telah merebut kembali daerah perbatasan di sepanjang Gaza yang telah direbut oleh pejuang Hamas dalam serangan hari Sabtu, dan telah mengerahkan pasukan militernya di sekitar daerah kantong Palestina yang terkepung dalam apa yang tampaknya merupakan persiapan untuk kemungkinan invasi darat.
CGTN berbicara dengan Mustafa Barghouti, Sekretaris Jenderal dan salah satu pendiri Inisiatif Nasional Palestina, yang menggambarkan dirinya sebagai gerakan demokratis perlawanan tanpa kekerasan terhadap pendudukan, untuk mengungkap perkembangan terbaru dalam konflik yang sedang berlangsung.
'Pendudukan terpanjang dalam sejarah modern'
Dia menyoroti bahwa Palestina tidak hanya menghadapi serangan hari ini, karena mereka telah berada di bawah pendudukan militer Israel selama 56 tahun.
"Ini adalah pendudukan terpanjang dalam sejarah modern. Kami telah menderita sistem apartheid yang digambarkan jauh lebih buruk daripada yang terjadi di Afrika Selatan," kata Barghouti, yang juga Menteri Penerangan di pemerintahan persatuan Palestina pada 2007.
"Kami juga menghadapi hasil pembersihan etnis yang dilakukan terhadap kami pada tahun 1948," tambahnya. "Jadi Palestina mungkin sekarang menjadi tempat penderitaan terbesar di dunia dan ini harus diubah. Itu hanya bisa berubah jika Israel menghentikan serangan-serangan ini, jika jalan menuju perdamaian dibuka dan jika de-eskalasi segera terjadi.
"Kita harus melanjutkan perjuangan kita. Dan Israel dengan jelas mengirimkan satu pesan, yaitu hanya memahami bahasa kekerasan. Tetapi kita juga membutuhkan tekanan internasional yang sangat kuat untuk menghentikan kekejaman terhadap penduduk Palestina ini," desak Barghouti, yang juga Menteri Penerangan di pemerintahan persatuan Palestina pada 2007. [CGTN]