Kolombo, Radio Bharata Online - Menurut Renuka Weerakone, Direktur Jenderal Dewan Investasi Sri Lanka, negaranya telah memperoleh manfaat dari kerja sama infrastruktur dengan Tiongkok di bawah Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI).

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan China Global Television Network (CGTN), Weerakone menjelaskan bagaimana negaranya menarik para investor global dengan keunggulan geografisnya yang unik.

"Dalam hal daya saing dan keuntungan berlokasi di Sri Lanka, saya pikir, nomor satu adalah lokasi kami. Ini adalah sesuatu yang juga diakui oleh sebagian besar investor. Karena lokasi geografis kami, yang memberikan akses ke Timur dan Barat, membuatnya sangat mudah bagi bisnis dalam hal jadwal pengiriman," ujarnya.

Ia memuji persahabatan jangka panjang antara Tiongkok dan Sri Lanka, dan menyebutkan beberapa proyek infrastruktur bersama untuk menunjukkan bagaimana BRI berkontribusi pada pembangunan lokal selama bertahun-tahun.

"Tiongkok telah menjadi teman 'seumur hidup' Sri Lanka dalam jangka panjang, dan sebagian besar infrastruktur utama kami, misalnya, telah dibangun oleh investor Tiongkok atau dengan kolaborasi Tiongkok. Jika Anda mengambil jalan yang Anda lalui dari bandara ke Kolombo, Jalan Tol Katunayake, itu dibangun oleh Tiongkok. Demikian pula dengan bandara di selatan, Mattala, kemudian menara yang Anda lihat di sana, Menara Lotus. Dan bahkan BMICH (Bandaranaike Memorial International Conference Hall) kami yang sangat tua, gedung pertemuan kami, yang merupakan hibah dari Tiongkok pada waktu itu, karena Sri Lanka tidak memiliki gedung pertemuan. Pelabuhan Hambantota juga sekarang dijalankan oleh perusahaan Tiongkok. Dan kami melihat bahwa melalui inisiatif tersebut, akan ada banyak operasi baru yang terjadi melalui pelabuhan di bagian selatan. Jadi di bawah BRI, saya pikir kami memiliki banyak konektivitas, tidak hanya dalam hal dua pelabuhan, tetapi dalam hal kegiatan lain, persetujuan baru yang telah diminta untuk memiliki pusat logistik di sebelah pelabuhan," papar Weerakone.

Weerakone juga membantah klaim oleh beberapa media Barat bahwa BRI adalah semacam neokolonialisme dan jebakan utang, dengan mengatakan bahwa proyek-proyek infrastruktur tidak hanya memfasilitasi perjalanan masyarakat lokal, tetapi juga membuat perjalanan bisnis investor asing di negara ini menjadi jauh lebih mudah, berkontribusi pada ekonomi lokal dalam berbagai aspek.