RIYADH, Radio Bharata Online - Ketua perundingan iklim COP28 mendatang di Dubai pada Minggu (8/10), menyerukan agar pemerintah meninggalkan fantasi, seperti buru-buru membuang infrastruktur energi yang ada, demi mencapai tujuan iklim.         

Ketua perundingan iklim COP28, Sultan Al Jaber pada pembukaan Pekan Iklim Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), sebuah pertemuan PBB yang diselenggarakan di Riyadh mengatakan, "Kita harus memisahkan fakta dari fiksi, kenyataan dari fantasi, dampak dari ideologi, dan kita harus memastikan bahwa kita menghindari jebakan perpecahan."

Sebagian besar diplomasi iklim internasional yang bergulir saat ini, membahas isu pelik, tentang bagaimana dan kapan kita harus berhenti menggunakan bahan bakar fosil.

Pada COP26 di Glasgow tahun 2021, negara-negara sepakat untuk menghentikan penggunaan batubara secara bertahap, yang merupakan pertama kalinya bahan bakar fosil disebutkan secara eksplisit dalam naskah akhir. Namun upaya untuk memperluas target tersebut ke seluruh bahan bakar fosil telah kandas, yang terakhir terjadi pada KTT G20 di India bulan lalu.      

Aktivis perubahan iklim mengkritik penunjukan Jaber untuk memimpin perundingan COP28 yang dimulai di Dubai pada November, mengingat ia juga menjabat sebagai kepala perusahaan minyak ADNOC, milik negara Uni Emirat Arab.           

Namun Jaber mendapat dukungan dari partai-partai COP, termasuk utusan iklim AS, John Kerry, antara lain dengan menekankan keyakinannya, bahwa pengurangan penggunaan bahan bakar fosil tidak dapat dihindari.

Sementara itu lanskap pendanaan iklim yang luas dan terpecah-belah, merupakan hambatan besar lainnya dalam negosiasi iklim.

Negara-negara berkembang, yang paling tidak bertanggung jawab terhadap perubahan iklim, mencari dana dari negara-negara yang lebih kaya yang menimbulkan polusi, untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang semakin merusak. (Daily Sabah)