Islamabad, Radio Bharata Online - Para pemimpin negara mitra dan organisasi internasional telah menyatakan apresiasi mendalam mereka atas pencapaian signifikan yang dibuat selama dekade terakhir melalui pembangunan bersama Prakarsa Sabuk dan Jalan dan menantikan kerja sama lebih lanjut dengan Tiongkok di berbagai bidang.
Anwar-ul-Haq Kakar, caretaker Perdana Menteri Pakistan, menekankan pentingnya persatuan dan kerja sama dalam mengatasi tantangan dan membentuk masa depan bersama.
"Ada apresiasi yang mendalam di berbagai lapisan masyarakat dari pihak Pakistan atas prakarsa Presiden Xi Jinping dalam Prakarsa Sabuk dan Jalan. Pengaturan ini merupakan sebuah prakarsa yang terutama dihasilkan dari jenis tantangan ekonomi dan keamanan yang ditimbulkan di abad ke-21. Prakarsa ini menawarkan bahwa di dalam kawasan dan bahkan di luar kawasan, sebuah kesempatan harus diberikan pada intervensi ekonomi dan ekonomi sebagai alat untuk membawa perdamaian dan kemakmuran di kawasan ini. Dan kami menantikan untuk melakukan percakapan baru dan terbuka mengenai fase kedua dan ketiga dari CPEC (Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan). Fase pertama telah selesai," jelas Kakar.
Diluncurkan pada tahun 2013, CPEC merupakan proyek utama yang mewakili kerja sama antara kedua negara dan merupakan proyek unggulan dari Prakarsa Sabuk dan Jalan yang diusulkan oleh Tiongkok.
Pada akhir tahun 2022, CPEC telah menarik 25,4 miliar dolar AS (sekitar 400 triliun rupiah) investasi langsung ke Pakistan, menciptakan hampir 240.000 lapangan kerja dan membangun lebih dari 500 kilometer jalan raya di negara ini.
Denis Sassou Nguesso, Presiden Republik Kongo, berbagi visinya untuk membangun sebuah negara di mana setiap warga negara memiliki pekerjaan dan kemakmuran.
"Kita harus membangun negara yang kaya di mana setiap orang memiliki pekerjaan. Sama seperti kami bekerja sama dengan Tiongkok untuk membangun Jalan Raya Nasional 1 di Pointe-Noire dan Brazzaville oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok. Jalan ini melewati daerah pegunungan yang sulit diakses, dan kami mencapai kesuksesan. Waktu akan membuktikan bahwa partisipasi kami dalam Prakarsa Sabuk dan Jalan adalah pilihan yang tepat," ujarnya.
Dibuka pada tahun 2016, Jalan Raya Nasional No. 1 sepanjang 535 kilometer telah menciptakan arteri transportasi utama dari ibu kota Brazzaville ke kota pelabuhan utama Pointe-Noire, yang sangat meningkatkan hubungan transportasi darat di seluruh negeri.
Vladimir Orlic, Presiden Majelis Nasional Serbia, menyoroti pencapaian yang sering dan sangat dihargai yang dihasilkan dari kemitraan negaranya dengan Tiongkok.
"Pencapaian dari upaya bersama kami dengan Tiongkok sering terjadi dan telah menarik perhatian luas. Rakyat Serbia sangat menyadari berbagai proyek kerja sama dan pencapaian besar. Jika kami harus menggambarkan Prakarsa Sabuk dan Jalan dalam satu frasa, itu adalah 'jalan menuju masa depan'," kata Orlic.
Achim Steiner, Administrator Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), mengatakan bahwa Prakarsa Sabuk dan Jalan bermanfaat bagi keluarga manusia secara global.
"Jadi, ketika Tiongkok mulai berinvestasi dalam Prakarsa Sabuk dan Jalan dan baru-baru ini mengartikulasikan Inisiatif Pembangunan Global, saya pikir, dalam benak banyak orang, hal itu merupakan sinyal yang disambut baik untuk berinvestasi dalam pembangunan negara lain. Banyak mitra di negara berkembang juga melihat Prakarsa Sabuk dan Jalan sebagai sebuah kemungkinan, sebagai peluang, dan sebagai kemitraan yang memberi mereka lebih banyak pilihan. Investasi Tiongkok dalam pembangunan negara lain, dan keluarga manusia kita, dapat menjadi kontribusi langsung untuk mempercepat pencapaian SDG (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan)," paparnya.
Prakarsa Sabuk dan Jalan mengacu pada Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 yang diusulkan oleh Xi pada musim gugur 2013 di Kazakhstan dan Indonesia. Prakarsa ini bertujuan untuk membangun jaringan perdagangan dan infrastruktur yang menghubungkan Asia dengan Eropa dan Afrika di sepanjang rute perdagangan kuno.