Bangkok, Radio Bharata Online - Para politisi dan cendekiawan dari negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyoroti peran Prakarsa Sabuk dan Jalan dalam mempromosikan konektivitas di Asia dan membuka jalan menuju pembangunan bersama menjelang Forum Sabuk dan Jalan untuk Kerja Sama Internasional Ketiga (Belt and Road Forum for International Cooperation/BRF).
Bertemakan "Kerja Sama Sabuk dan Jalan Berkualitas Tinggi: Bersama untuk Pembangunan dan Kemakmuran Bersama", BRF ketiga akan diselenggarakan di Beijing pada hari Selasa (17/10) hingga Rabu (18/10).
Tahun ini juga menandai ulang tahun ke-10 Prakarsa Sabuk dan Jalan atau Belt and Road Initiative (BRI). Selama bertahun-tahun, prakarsa yang diusulkan oleh Tiongkok ini telah mendorong pembangunan infrastruktur dan memperdalam kerja sama di antara negara-negara yang berpartisipasi di berbagai bidang.
Wan Muhamad Noor Matha, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Thailand, mencatat bahwa banyak negara di dunia, termasuk Thailand, telah mendapat manfaat dari prakarsa ini.
"Pembangunan bersama Prakarsa Sabuk dan Jalan menghubungkan berbagai wilayah di dunia, dan memberikan dorongan penting bagi perkembangan masyarakat di seluruh dunia dan ekonomi global. Thailand juga telah mendapat banyak manfaat dari prakarsa ini. Saya sangat menghargai Prakarsa Sabuk dan Jalan yang diusulkan oleh Presiden Xi Jinping. Prakarsa ini sangat memfasilitasi pembangunan ekonomi, transportasi dan logistik, membuat dunia lebih sejahtera," katanya.
"Pembangunan bersama Prakarsa Sabuk dan Jalan telah memberikan kontribusi penting bagi pembangunan ekonomi dan sosial bagi Asia dan dunia. Prakarsa ini membantu negara-negara yang berpartisipasi untuk mencapai kemakmuran ekonomi dan mengarah pada lompatan pembangunan Asia. Praktik dan hasil dari BRI di Asia terlihat jelas bagi semua pihak," ujar Phinij Jarusombat, mantan Wakil Perdana Menteri Thailand dan Presiden Asosiasi Persahabatan Thailand-Tiongkok.
Para cendekiawan dari Singapura memuji BRI karena telah menjalin hubungan ekonomi yang lebih erat antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN, mempromosikan kerja sama antara kedua belah pihak di berbagai bidang seperti perdagangan dan investasi.
"Banyak proyek yang berada di wilayah ASEAN, termasuk jalur kereta api Laos-Tiongkok, dan juga jalur kereta api cepat Bandung-Jakarta, dan juga jalur kereta api Pantai Timur Malaysia, dan seterusnya dan seterusnya. Jadi ini adalah sesuatu yang bisa kita wujudkan untuk meningkatkan perdagangan dan investasi ASEAN-Tiongkok," ujar Kong Tuan Yuen, seorang peneliti dari East Asian Institute, National University of Singapore.
Investasi dua arah antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN tumbuh dengan kuat hingga mencapai 230 miliar dolar AS (sekitar 3.616 triliun rupiah) dalam delapan bulan pertama tahun ini, dengan pembentukan 25 zona kerja sama ekonomi dan perdagangan yang menciptakan lebih dari 100.000 lapangan kerja.
"Selama sepuluh tahun, kami melihat cukup banyak pencapaian di berbagai bidang yang cukup luas. BRI Tiongkok tidak hanya bermanfaat bagi pertumbuhan jangka panjang Tiongkok yang berkelanjutan, tetapi juga bagi Asia Tenggara," ujar Sarah Tong Yueting dari East Asian Institute, National University of Singapore.