Beijing, Radio Bharata Online - Tiongkok telah meluncurkan rencana aksi "AI+" yang baru, membingkai AI sebagai mesin baru untuk meningkatkan industri dan membentuk kembali perekonomian.
Pengumuman ini muncul seiring laporan kinerja ekonomi Tiongkok yang stabil selama tujuh bulan pertama tahun 2025.
Konferensi pers Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional atau National Development and Reform Commission(NDRC) pada hari Jumat (29/8) menyatakan bahwa Tiongkok memasuki fase baru integrasi teknologi dengan peluncuran inisiatif "AI+", yang dimodelkan berdasarkan kampanye "Internet+" sebelumnya, tetapi bertujuan untuk mendorong transformasi yang lebih mendalam di seluruh bidang ekonomi dan sosial.
"Sementara 'Internet+' berfokus pada konektivitas dan efisiensi proses, 'AI+' merepresentasikan lompatan dari pertukaran informasi ke penciptaan dan penerapan pengetahuan. Waktu peluncurannya mencerminkan kematangan AI yang semakin meningkat," ujar Huo Fupeng, Direktur Pusat Pengembangan Berbasis Inovasi di bawah NDRC.
Inisiatif ini dipandang sebagai kunci untuk mengembangkan apa yang disebut Tiongkok sebagai "kekuatan produktif baru yang berkualitas" dan untuk membangun ekonomi dan masyarakat yang cerdas.
"Penjualan barang dan jasa gabungan meningkat hampir lima persen dalam tujuh bulan pertama. Kita harus memastikan keberlanjutan kebijakan, mempercepat penerapan kebijakan di berbagai bidang seperti konsumsi digital dan konsumsi 'AI+', serta mendorong konsumsi jasa seperti wisata budaya dan berkemah," ungkap Li Chao, Wakil Direktur Kantor Penelitian Kebijakan di NDRC.
Seiring Tiongkok mempercepat integrasi AI dan berupaya mempertahankan momentum ekonomi, era "AI+" tampaknya akan mendefinisikan ulang cara ekonomi tumbuh dan bersaing. Pemerintah telah menyatakan akan terus mendukung pertumbuhan berkualitas tinggi melalui sirkulasi domestik yang lebih kuat dan perluasan kebijakan sisi permintaan.